The Da Vinci Code, sebuah novel populer karya Dan Brown, telah menghasilkan kritik dan kontroversi setelah publikasinya pada tahun 2003. Banyak dari komplain ini berpusat pada spekulasi-spekulasi dalam buku tersebut serta mengklaim berbagai representasi keliru terkait aspek-aspek inti Kekristenan dan sejarah Gereja Katolik Roma. Kritik tambahan diarahkan pada berbagai deskripsi yang tidak akurat seputar geografi, arsitektur, sejarah, dan seni rupa Eropa.[1]
Tuduhan pelanggaran hak cipta juga diajukan oleh novelis Lewis Perdue dan para penulis dari buku tahun 1982 dengan judul The Holy Blood and the Holy Grail yang mengemukakan hipotesis bahwa Yesus historis menikahi Maria Magdalena, anak-anak atau keturunan mereka beremigrasi ke daerah yang sekarang dikenal sebagai Prancis selatan dan menikah dengan keluarga yang kemudian menjadi Dinasti Meroving, yang mana klaim atas singgasana Prancis sekarang diperjuangkan oleh Biarawan Sion.[2] Brown dibebaskan dari tuduhan-tuduhan pelanggaran hak cipta ini dalam sebuah pengadilan pada tahun 2006.[3][4]